Pada minggu ini,saya belajar sedikit sebanyak tentang politik menurut Islam. Politik merujuk kepada cara pemerintahan di sesebuah negara. Suka saya memetik satu kisah pada zaman pemerintahan Saidina 'Umar dimana berlaku satu kejadian yang menyebabkan seorang pemuda terpaksa menjani hukuman Qisas.
Pada suatu hari, Umar bin Khattab dan beberapa sahabat sedang duduk-duduk, saat itulah dua orang lelaki dan seorang pemuda yang tangannya sementara terikat datang bergabung kepada mereka. Mereka datang tergopoh-gopoh, salah seorang lelaki itu mengatakan, “Wahai Amirul Mukmini, pemuda ini telah membunuh ayah kami. Setelah itu pemuda yang sementara terikat tangannya berkata, “Wahai Amirul Mukminin, dengarkanlah penjelasanku terlebih dahulu” salah seorang lelaki itu berkata, “Tidak hal itu tidaklah penting. Kamu beruntung kami tidak melakukan balas dendam, padahal ayah kami engkau telah membunuhnya. Kami justru membawamu kepada Khalifah Umar ucap kedua lelaki itu dengan marah.Umar pun berusaha menengahi kedua pihak.Umar berkata, ”Lebih baik kamu berdua diam terlebih dahulu. Aku ingin mendengar cerita tentang kejadian sebenarnya.” Pemuda yang terikat tangannya itu segera bercerita. Pada suatu hari, saya menaiki seekor unta untuk pergi ke satu tempat karena terlalu letih, saya tertidur, ketika saya bangun saya mendapati unta saya telah hilang, lalu saya segera mencarinya. Saya dapati unta saya itu sedang makan tanaman di sebuah kebun, lalu saya berusaha mengahalaunya, tetapi unta itu tidak juga berpindah dari tempat itu dia berhenti seketika.
Tidak lama kemudian datanglah seseorang dan terus melempar batu ke arah unta saya .Oleh karena lemparan itu tepat ke arah kepala unta saya, maka unta saya seketika itu juga mati. Saya menjadi marah lalu mengambil batu dan melempar batu tersebut ke arah orang itu. Dengan tidak disangka batu itu mengenai kepalanya dan dia juga jatuh tersungkur lalu mati. Sebenarnya saya tidak berniat untuk membunuhnya.
Setelah mendengar penjelasan pemuda itu, Umar memutuskan bahwa pemuda itu mendapat hukuman mati sebagai suatu balasan atas perbuatannya (Qisas). Pemuda itu berkata, ”Saya tidak menolak hukuman itu, tetapi saya mempunyai adik, sedangkan ayah saya telah meninggal dunia. Sebelum ayah saya meninggal, dia telah mewariskan harta dan saya menyimpannya di tempat yang tidak diketahui oleh adik saya. Untuk itu saya minta waktu selama tiga hari untuk pulang ke kampung dan memberikan harta warisan dari orang tua kami kepada adik saya.”.Umar bertanya, ”Siapakah yang akan menjadi penjaminmu”?tetapi tiada seorang pun yang sanggup menjadi penjamin. Maka sekali lagi ditanyakan soalan yang sama tetapi masih tidak ada yang sanggup menjadi penjamin sehinggalah ditanyakan soalan itu buat kali ketiga, tanpa disangka, Abu Dzar menyanggupinya dimana ia bersedia untuk menjadi penjamin terhadap pemuda itu. Apabila setelah tiga hari pemuda itu tidak datang, Abu dzar akan menerima hukuman mati akibat sebagai pengganti atau sebagai penjamin terhadap pemuda itu.
Pada hari ketiga, Umar para sahabat dan dua lelaki itu menunggu pemuda tersebut. Hingga tengah hari, pemuda itu belum juga datang. Kedua lelaki tersebut mulai gelisah. ”Hari sudah siang tetapi pemuda itu belum datang, kalau tidak datang , maka Abu dzar akan menjadi penggantinya untuk menerima hukuman mati,” kata salah seorang lelaki itu.
Akhirnya tak lama ditunggu pemuda itu benar-benar bertanggung jawab dan datang, ia menepati janjinya, sekalipun ia akan kehilangan nyawanya.Kepada Abu Dzar, pemuda itu mengucapkan terima kasih karena Abu Dzar telah bersedia menjadi sebagai penjaminnya. Sementara itu kedua lelaki, yang ayahnya telah terbunuh, itu merasa terharu akan kehadiran pemuda yang menepati janjinya. Mereka berkata, ”Wahai Amirul Mukminin, kami mohon agar tuntutan kami dibatalkan, kami telah memaafkan pemuda ini.
Menanggapi peristiwa itu, Umar bin Khattab berkata, ”Wahai Abu Dzar, kamu sungguh berani dan wahai pemuda, kamu adalah seorang yang menepati janji. Kamu berdua sangat mulia, lalu bersalamanlah dan kuatkan ukhuwah diantara kalian.” Selemah-lemahnya manusia adalah orang yang tidak dapat menahan amarahnya, dan sekuat-kuatnya orang adalah yang dapat menguasai nafsunya.”
No comments:
Post a Comment